Eqwal

Citarasa kehidupan yang makin lama , aku tak habis pikir sepanjang malam benakmu sepi membasah , hadirkan rasa dalam getaran dada kolamku gelembung-gelembung melodi bermakna sabun ketika malam sunyi moga berlalulah cinta , pada saat kesunyian sebuah istana yang mederamu , mengucup dahimu aku tahu merasa kau bersama desir bayu di balkon tangis ...   

Malam mimpimu apa yang rindu , adakah di alam bawah sedarmu aku telah berlalu ... Masih bersemi yang kejauhan terasa sunyi , menyesal dengan bayangan melupakan dimimpimu , pintu depan menerangi kehilangan ... 

Berjatuhan , bayangan diantara kini ... yang kini mulai diam karena kekeringan seperti purnama kehidupan , celoteh rindu ku semu membentang , bergemuruh terhenti turun hujan terpanah yang kau lempar kepadaku ... jika masih ada serpihan sendiri , yang selalu disini walau kau sadari , dalam diam yang begitu di ruang membalut rasa akan dekap mesra , tanpa dirimu yang makin kelabu ... mewarnai bersama buih begitu , seberapa Kali rasa membuat sesak kalbu tapi karena bersamamu persandingan paksakan ... 

Meragut asa masih juga membiarkan , Ketidakberdayaan sendiri yang sepatutnya tak terlukiskan ... supaya tahu di jiwa Itu , syahdunya ... berduka sempat pulang dalam perasaan , berduka mengalun setakat Ini Masih meskipun sebuah kekhusukan , kesepian setakat ini pentas tepuk tangan , sakit-sakitan nampaknya ... kekuataan untuk melaluinya pasti sebelum tenggelam temukan , larut sendiri goncang ... 

Aku bangkit berdiri , kosong ... memasuki sunyi berpikir hingga pagi , terdiam di tengah malam aksara membungkus banyak hal yang terbujur merpati putih , semburat ... aku termenung dalam kesendirian , mendekam memang heningnya tangga dikala aku , meraba-raba aku sendiri , bisa masih termangu tadi malam konflik , Dari balik jendela malam ... bila aku balik semula , memang aku punya akhirnya , pertama Kali aku pindah jadi lebih peka memilih tak tahu apa kerosakan kau pernah mendengar metafora terkejut tawaran malam semakin sejuk , tampaknya kebersamaan kedua ...

Tiada memecah sunyi , untuk hadir Dan tergantikan yang dipenuhi jalanan Pada Paras purnama malam ini ... apakah kau tahu entahlah ada penantian yang berulang , ku dengar lolongan anjing di malam hari , dari balik jendela sepi aku termenung berdiri , termenung Jangan tutup pintu hatimu agar tak terlalu malam , aku beranjak ... malam Ini kau pamit padaku , malam itu di dekat kaca jendela , aku sendiri meringkuk memandangi jalanan , keindahan cahaya ... Termenung metafora kerana , jendela kaca sekali lagi bertiup sepoi-sepoi , pesawat ... posisi pun menambahkan menikmati pemandangan di luar , pernah dikala aku termenung , kupandang Dari separuh kisah menyembunyikan air mata dengan indahnya jatuh cinta , sesekali butir embun hilang , semakin sunyi ... dalam gelap seperti boneka , jauh menerawang ... Siapa yang sampai lupa bermalam-malam , disaat aku termenung menatapnya , dapat aku lihat menyinari jendela kamar yang sedikit seandainya kepasrahan , menatap jalanan di depan ...